PENGARUH UMUR YANG BERBEDA PADA
LARVA IKAN PLATY PEDANG (Xiphophorus
Maculatos) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN KELAMIN JANTAN DENGAN
MENGGUNAKAN HORMON METILTESTOSTERON
PROPOSAL PENELITIAN
oleh
MUHAMMAD ARDIE SONATA
NPM : 1010016111009
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2013
Judul : Pengaruh Umur Yang Berbeda Pada Larva Ikan Platy
Pedang (Xiphophorus Maculatos) Terhadap
Tingkat Keberhasilan Pembentukan Kelamin Jantan Dengan Menggunakan Hormon Metiltestosteron
Nama
: Muhammad Ardie Sonata
NPM : 1010016111009
Program
Studi : Budidaya
Perairan
Fakultas
: Perikanan
Dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta
Disetujui Oleh :
Ketua Jurusan BDP
Fakultas Perikanan dan Pembimbing
I
ilmu Kelautan
(Dra. Elfrida, M.Si, Apt) (Prof. Dr. Ir. Hafrijal Syandri, M.S)
Pembimbing II
(Dr.
Azrita, S.Pi, M.Si)
RINGKASAN
Muhammad Ardie Sonata. 1010016111009. Pengaruh
Umur Yang Berbeda Pada Larva Platy Pedang (xiphophorus
maculatos)Terhadap Tingkat Keberhasilan Pembentukan Kelamin Jantan Dengan
Menggunakan Hormon Metiltestosteron” Dengan Pembimbing Bapak Prof. Dr. Ir. Hafrijal
Syandri, M.S Dan Dr. Azrita, S.Pi, M.Si.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui umur yang optimal larva ikan Platy
Pedang (xiphophorus maculatos) terhadap
tingkat keberhasilan pembentukan kelamin jantan dengan metode perendaman menggunakan
hormon metiltestosteron.
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan wadah sebanyak 9 buah dengan ukuran 30 x 15 x
15 cm.dengan padat tebar ikan uji 20 ekor/ wadah.
Pakan
yang digunakan adalah pellet halus/tepung yang telah dicampur dengan hormon 17α-methyltestosterone
dan alkohol 70 % 1 liter sebanyak 50 mg/kg pakan. Pakan yang diberikan 3 kali
sehari yaitu pukul 07.00, 12.00 dan 17.00 WIB.
Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari 3
macam perlakuan beda umur, masing-masing diulang 3 kali sehingga terdapat 9
unit percobaan dengan perlakuan A. pemberian
pakan pada larva ikan Platy Pedang (xiphophorus
maculatos ) yang umur 2 hari setelah penetasan dengan dosis hormon
metiltestosteron 2 ppm. Perlakuan B. pemberian
pakan pada larva ikan Platy Pedang (xiphophorus
maculatos) pada umur 4 hari setelah penetasan dengan dosis hormon
metiltestosteron 2 ppm. Perlakuan C. pemberian pakan pada larva ikan Platy
Pedang (xiphophorus maculatos) pada
umur 6 hari setelah penetasan dengan dosis hormon metiltestosteron 2 ppm.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Ikan
Platy (Xiphophorus maculates) berasal
dari Amerika Tengah dan Utara (Clidad Veracruz, Meksiko Utara Belize). Ukuran
maksimum dari ikan Platy yaitu mencapai 5 cm. Ikan ini memiliki sifat yang
ramah dan tidak agresif, oleh karena itu sangat cocok digunakan sebagai ikan
hias pada aquascaping. Ikan platy dapat hidup pada pH 7,0 – 8,0, pada suhu 20 –
26 °C. ikan Platy dapat diberi pakan buatan maupun alami. Platy memiliki banyak
sekali bentuk varian warna seperti dari jenis spotted, gold comet, red wag,
black, blue coral, leopard, mickey mouse, dan lainnya Ikan ini sangat mudah
beradaptasi dan memiliki toleransi yang baik dalam berbagai kondisi lingkungan
tempat hidupnya. Platy menyukai habitat dengan banyak tanaman, karena ikan ini
cenderung berenang dan berkembang biak diantara tetanaman. Ikan ini menyukai
arus sedang (Anonim 2010).
Pada
dasarnya, ikan Platy memiliki beberapa perbedaan ciri kelamin antara jantan dan
betina. Yang pertama adalah ciri primer. Ciri primer dari ikan Platy Jantan
adalah ikan Platy Jantan memiliki gonopodium yang terletak di dekat sirip
analnya, sedangkan ikan Platy betina tidak memiliki gonopodium (Foster dan Smith3 2011). Ciri sekunder
pada ikan Platy jantan yaitu ika Platy jantan lebih kecil dibandingkan dengan
betinanya. Selain itu, warna ikan Platy Sunset jantan jauh lebih mencolok
dibandingkan betinanya (Foster dan
Smith3 2011).
Berdasarkan
morfologisnya, platy jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan
sirip yang lebih panjang dan menarik dari pada platy betina, sehingga
permintaan platy jantan lebih banyak dari pada platy betina. Produksi platy
kelamin jantan dapat diperoleh dengan cara menggunakan teknologi seks reversal
yang melibatkan determinasi dan diferensiasi kelamin (Devlin and Nagahama, 2002).
Teknik
sex reversal pada ikan yang banyak dilakukan adalah pada ikan nila dengan
penambahan hormon sintetik 17α-methyltestosterone (17a-mt). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan hormon 17a-mt pada pakan dengan dosis 40-60 mg/kg
pakan selama 3-4 minggu pada benih ikan
nila berumur 7-9 hari setelah menetas
efektif untuk sex reversal dan
mampu menghasilkan populasi jantan mendekati 100% (
Bowker et al. 2007).
Teknik
terbaru untuk memproduksi benih ikan jantan adalah sex reversal atau pembalikan
kelamin. Pada kebanyakan ikan terdapat kemungkinan untuk membalik jenis
kelaminnya dengan pemberian androgen atau steroid melalui pakan atau
perendaman. Salah satu faktor penting untuk keberhasilan pembalikan jenis
kelamin adalah umur dari larva ikan nila yang direndam dalam larutan hormon
metiltestosteron. Hal ini sangat terkait dengan persentase jumlah larva yang
berhasil untuk dibentuk menjadi berkelamin jantan (Maskulinisasi). Penelitian
tentang umur yang optimal bagi larva ikan nila yang akan dilakukan
maskulinisasi sejauh ini masih belum ditentukan secara pasti.
Berdasarkan
hal diatas penulis tertarik melekukan penelitian yaitu tentang “Pengaruh Umur
Yang Berbeda Pada Larva Ikan Platy (Xiphophorus
maculates) Terhadap Tingkat Keberhasilan Pembentukan Kelamin Jantan Dengan
Menggunakan Hormon Metiltestosteron”
B.
TUJUAN
PENELITIAN
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui umur yang optimal larva ikan Platy Pedang (xiphophorus maculatos) terhadap tingkat
keberhasilan pembentukan kelamin jantan dengan metode perendaman menggunakan
hormon metiltestosteron .
C.
MANFAAT
PENELITIAN
Hasil
dari penelitian diharapkan dapat menjadi informasi dan pedoman dari pengmbangan
usaha budidaya ikan khususnya ikan Platy Pedang (xiphophorus maculatos)
MATERI DAN METODE PENELITIAN
A. Materi Penelitian
A.1 Bahan
bahan
yang digunakan adalah benih ikan yang berumur 2, 4 dan 6 hari sebanyak ± 180 ekor, padat tebar tiap wadah adalah 20
ekor. Pakan berupa pelet halus/tepung yang dicampur dengan hormon 17 –α methyl
testosteron sebanyak 50 mg/kg pakan dan
alkohol 70 % untul 1 liter.
A.2
Alat
alat
yang digunakan adalah aquarium sebanyak 9 buah dengan ukuran 30 x 15 x 15 cm
yang ditempatkan pada kolam. Penyemprot (sprayer) untuk menyemprotkan larutan
hormon secara merata ke permukaan pakan, timbangan digital, sendok, dan seser
untuk menangkap ikan uji.
B. Metode Penelitian
metoden
yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan langsung turun
kelapangan. dan rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yaitu suatu bentuk rancangan percobaan di mana perlakuan
dikenakan secara acak pada unit-unit percobaan yang homogen.
B.1
Hipotesis Dan Asumsi
hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H0 = Tidak ada pengaruh pada pemberian
pakan yang mengandung hormon 17 α-methyl testosteron terhadap perubahan kelamin
jantan dan kelangsungan hidup ikan nila.
H1 = Ada pengaruh pada pemberian pakan yang mengandung hormon 17 α-ethyl testosteron
terhadap perubahan kelamin jantan dan kelangsungan hidup ikan nila.
Asumsi-asumsi
yang dikemukakan adalah :
·
Pengaruh genetika ikan
dianggap sama
·
Pengaruh lingkunangan
dianggap sama
·
Peluang ikan dalam
mendapatkan pakan berhormon dianggap sama.
B.2 Perlakuan
Penelitian perlakuan hormon metiltestosteron dimulai
saat larva berumur 2, 4 hari setelah menetas dan larva berumur 3 hari setelah menetas pada ikan platy.
Perlakuan
dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam perlakuan beda umur, masing-masing
diulang 3 kali sehingga terdapat 9 unit percobaan. kedua perlakuan tersebut
adalah:
A. pemberian
pakan pada larva ikan Platy Pedang (xiphophorus
maculatos) yang umur 2 hari setelah penetasan dengan dosis hormon
metiltestosteron 2 ppm.
B. pemberian
pakan pada larva ikan Platy Pedang (xiphophorus
maculatos) pada umur 4 hari setelah
penetasan dengan dosis hormon metiltestosteron 2 ppm.
C. pemberian
pakan pada larva ikan Platy Pedang (xiphophorus
maculatos) pada umur 6 hari
setelah penetasan dengan dosis hormon metiltestosteron 2 ppm.
B.3 Prosedur Kerja
Kegiatan
awal yang dilakukan adalah pembuatan pakan hormon yaitu dengan cara hormon
dilarutkan dan diencerkan dalam alkohol. Kemudian larutan hormon dicampurkan
dengan pakan dengan cara menyemprotkan larutan hormon secara merata dengan
menggunakan sprayer dan pakan diaduk-aduk. Setelah tercampur merata, pakan
dibiarkan diudara terbuka ditempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung.
Berikut
ini cara pembuatan pakan yang mengandung hormon 17 α-methyl testosteron menurut
zairin, ( 2002 )
-
Timbang 50 mg, Hormon
17 α-methyltestosteron
-
Larutkan dalam 1 liter alcohol 70 %
-
Masukan dalam alat
penyemprot
-
Semprotkan pada 1 kg
pakan pellet
-
Aduk dan
kering-anginkan pellet diruang yang tidak kena sinar matahari
-
Pellet siap diberikan
atau simpan pellet dalam lemari pendingin.
Kegiatan
selanjutnya adalah penempatan wadah
kemudian ikan uji dimasukan sebanyak 20 ekor per wadah.
Pakan
diberikan 3 kali sehari secara adlibitum dengan waktu pemberian pakan yaitu
pada jam 07:00, 12:00 dan 17:00 WIB, perlakuan berlangsung selama 30 hari.
Setelah
itu, dilakukan identifikasi jenis kelamin secara morfologi dengan menggunakan
luv. Ikan uji diambil satu persatu dibedakan berdasarkan jenis kelamin dengan
ciri-ciri sebagai berikut, ikan Platy Pedang (xiphophorus maculatos) jantan
memiliki sirip yang lebih panjang dari ikan Platy Pedang (xiphophorus maculatos) betina.
B.4 Peubah Yang Diamati
B.4.1 Parameter Uji Utama
Parameter
uji utama yang diukur dalam penelitian ini adalah keberhasilan pembentukan
jenis kelamin. Keberhasilan pembentukan jenis kelamin diukur dengan menggunakan
rumus:
·
Jumlah ikan jantan
·
Jumlah ikan betina
·
Jumlah ikan intersex
B.4.2 Parameter
Penunjang
Parameter
penunjang dalam penelitian ini berupa tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan
dan parameter kualitas air, yang diukur dengan rumus:
·
Tingkat kelangsungan hidup/Survival Rate
(SR)
·
Pertumbuhan ikan
Menurut Effendi (1979) pertumbuhan ikan diukur dengan menggunakan rumus
laju pertumbuhan mutlak:
W = Wt – Wo
t
Dimana:
Wt : berat rata-rata ikan pada waktu tertentu
(gram)
Wo : berat rata-rata ikan pada waktu t = 0
(gram)
t : waktu (hari)
o
Oksigen terlarut diukur dengan DO meter.
o
Suhu air diukur dengan termometer.
o
pH air diukur dengan pH pen.
JADWAL
WAKTU PENELITIAN
Jadwal waktu kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah
SBB :
1. Minggu I: Persiapan.
2. Minggu II – VII: Pengumpulan data, pengolahan
dan analisis data secara garis besar.
3.
Minggu V II : Penyusunan laporan draf, mulai dari BAB I sampai dengan
BAB V
4. Minggu VIII : Laporan akhir
RENCANA
BIAYA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
karya ilmiah untuk memenuhi tugas akhir ( skripsi ) pada Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, maka semua biaya penelitian ditanggung
oleh penulis. Dengan rincian seperti tabel berikut :
No
|
Satuan
|
Harga ( Rp
)
|
1
|
Biaya Pembuatan Proposal
|
50.000
|
2
|
Biaya
Pembelian Ikan
|
200.000
|
3
|
Biaya Pembelian Pakan
|
300.000
|
4
|
Biaya
Dokumentasi
|
50.000
|
5
|
Biaya Pembelian Alkohol
|
250.000
|
6
|
Sprayer
|
10.000
|
7
|
Biaya Tak Terduga
|
250.000
|
Jumlah
|
1.110.000
|
DAFTAR
PUSTAKA
Devlin,
R. H., and Y. Nagahama. 2002. Sex
Determination and Sex Differentiation in Fish: an Overview of Genetic,
Physiological, and Environmental Influences. Aquaculture 208: 191–364. (
dalam e-Jurnal, Dwi Mulyasih. 2012 ).
Effendie,
M.I. 1978. Metode Biologi Perikanan.
Yayasan Agromedia Bogor.
Gusrina,
2008. Budidaya Ikan Jilid 1, 2 Dan 3 Untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional,
Rustidja,
1998. Sex Reversal Ikan Nila. Fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.57 Hal
Steel,
Robert G.D, Torrie, James H. 1989. Prinsip
Dan Prosedur Statistika, PT. Gramedia Jakarta.
Surakhmad,
W. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah.
Tarsito. Bandung. 386 Hal
Suryabrata,
S. 1995. Metode Penelitian. Universitas
Gadjah Mada. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 115 Hal
Http://Ikanmania25.Blogspot.Com/2012/10/Biologi-Ikan-Platy.Html Diakses Pada 23 April 2013. 21:01.
Zairin,
M. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih
Ikan Jantan Atau Betina. Penebar Swadaya.